Jul 14, 2012

Validator W3C, Antara tuntutan dan sebuah gengsi?

by Tinkerhell on Jul 14, 2012
0 comments

Beberapa hari yang lalu saya sempat menulis pro kontra masalah validasi yang sampai hari ini masih menjadi perdebatan di kalangan developer. Tetapi selain menuai pro kontra, ada beberapa pengertian dan pemahaman di kalangan awam yang menurut saya malah keliru besar. Sebenarnya tidak menjadi masalah dan bukan urusan saya juga untuk menulisnya disini, tetapi kok rasa-rasanya malah membuat saya tergugah untuk meluruskan pemahaman dari orang-orang awam ini. Bukan niat menggurui, tetapi hanya sekedar memberikan pemahaman yang lebih baik agar mereka bisa menilai dengan benar nantinya.

Para awam seringkali menyatakan bahwa validasi itu tidaklah penting, dengan dalih alasan bahwa mesin pencari terbesar sekelas Google pun tidak lolos tes di validasi tersebut, dan kenyataannya mereka masih eksis dan tidak mengalami masalah apapun, entah dari segi performa aplikasi, kritik publik, karir, atau apapun yang mengakibatkan perusaan mereka bangkrut. Tapi bukan begitu juga para awam harus menilai dan membandingkan, tetapi harus dilihat dari segi secara visi misi dan teknis.

Pada dasarnya sebuah aplikasi berbasis web ataupun sebuah website secara kinerja tidak bergantung kepada sebuah validasi. Validasi yang dibuat oleh W3C itu hanyalah sebuah standarisasi web. Sama halnya seperti helm yang kita pakai. Meskipun di negara kita di terapkan standar penggunaan helm SNI, tetapi apakah jika kita tidak memakainya akan mengakibatkan kita kecelakaan? tidak juga. Tetapi jika kita memakainya tentu akan membuat si pengendara merasa aman dan lebih nyaman. Dan begitu pula dengan standarisasi yang dikeluarkan W3C tersebut. Bisa jadi dengan mengikuti aturan dan standar yang ditetapkan, akan memberikan dampak positif terhadap aplikasi web ataupun website yang kita miliki, seperti misalkan website menjadi lebih cepat dalam proses loading, karena code yang kita gunakan sudah efektif dan benar. tidak ada kode sampah yang mungkin secara tidak kita sadari telah kita tulis di dalamnya sehingga menjadi redundant dan berulang. Namun kekurangan W3C tersebut adalah update teknologi yang lamban mengenai code-code yang baru beredar, seperti misalkan CSS3, dan HTML5 yang kini sedang trend. Kecepatan update yang dikeluarkan oleh pihak browser dan W3C tidaklah berimbang, selalu lebih cepat dari pihak browser, dan sedangkan kebutuhan developer sudah tidak bisa terbendung. Maka mau tidak mau, teknologi baru tersebut sudah dipakai dengan segera meskipun masih dalam tahap non full release seperti CSS3 dan HTML5 beberapa waktu yang lalu.

Jika kita kembali ke permasalahan pokok mengenai perbandingan dengan Google, yaitu kembali kepada visi dan misi yang ingin dicapai. Bisa jadi Google ingin menerapkan sebuah fitur dimana teknologi di dalamnya jika diterapkan akan ditolak oleh standarisasi W3C karena masalah update seperti yang saya katakan di atas, sedangkan jika Google harus menunggu sampai update tersebut sudah resmi dan beredar secara umum barulah boleh dipakai. Dan sudah pasti Google tidak mau menunggu hal itu terjadi, karena dimana-mana pada kenyataannya sebuah perusahaan ingin selalu terdepan dalam sebuah teknologi bahkan sebelum teknologi tersebut belum dipakai oleh umum ataupun rival-rivalnya. Dan hal itu bisa di logika karena menyangkut eksistensi sebuah perusahaan. Lantas bagaimanakah dengan perseorangan apalagi seorang awam yang hanya memilik sebuah blog yang mungkin blog tersebut tidak menyangkut dengan karir, eksistensi, ataupun pekerjaan utama si orang tersebut? tentulah tidak etis rasanya jika ia menyamaratakan dirinya dengan Google. Karena tidak ada alasan bagi seseorang tersebut untuk mengabaikan sebuah code terkecuali jika ia memang memiliki tujuan tertentu dan pengecualian untuk memakai code yang mungkin akan ditolak oleh W3C. Dan menurut saya, akan lebih baik jika para awam mulai mengenal dan mempelajari tentang standar, tata cara, dan seluk beluk coding dengan baik dan W3C tersebut dijadikan sarana untuk berlatih dalam mempertajam kemampuan coding kita dan bukankah hal itu terdengar lebih baik dan menyenangkan bukan?

No comments,

Post a Comment

Hey,

it seems you want to contact me. If you want to hire me, you might want to go to my portofolio page. Please get in touch with me if you want to talk with me about a project, about working together, want me to speak at a conference or want me to do a workshop. Please bear in mind my few but important guidelines, so both of us will have a great time working together.

Cheers!
Husein Bandi

Mail Me

Contact Form

Name
Email
Message

contents

recomended reading

recomended book

dont't make me thing

by Steve Krug
Price: IDR 50.000
ISBN: 978-979-024-614-0

Contributors

join our webdesign live chat at 21.00 WIT,Ina. everyday at yahoo messenger: uzumaki_flea